Food Additive (Bahan Tambahan Pangan) dan Bahayanya

Katering Sehat Resep bunda adalah catering di bandung yang tidak menggunakan bumbu penyedap (NON MSG) dan bahan berbahaya lainnya dalam makanan. Kali ini, catering diet Resep Bunda akan mengulas sedikit kajian mengenai Food Additive atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP).

Pengertian dari Food Additive atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan/campuran bahan yang secara sengaja ditambahkan ke dalam makanan, yang biasanya digunakan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, juga mengubah sifat-sifat makanan seperti bentuk, tekstur, warna, rasa, kekentalan, aroma, untuk mengawetkan atau mempermudah proses pengolahan. Bahan Tambahan Pangan ini tidak dikonsumsi langsung sebagai makanan dan tidak merupakan bahan baku pangan. Jenis Bahan Tambahan Pangan antara lain bahan pewarna, pemanis buatan, pengawet, penyedap rasa, pemutih, pengental dll.

  1. Pewarna
    Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu:

    • Memberi kesan menarik bagi konsumen
    • Menyeragamkan warna makanan
    • Menstabilkan warna
    • Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan
    • Mengatasi pembahan warna selama penyimpanan

    Beberapa pewarna terlarang dan berbahaya yang sering ditemukan pada jajanan adalah Metannil Yellow (kuning metanil) yang berwarna kuning, dan Rhodamin B yang berwarna merah. Kedua pewarna ini telah dibuktikan menyebabkan kanker yang gejalanya tidak dapat terlihat langsung setelah dikonsumsi.

  2. Pemanis Buatan
    Pemanis buatan sering ditambahkan ke dalam makanan dan minunan sebagai pengganti gula karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami (gula), yaitu:

    • Rasanya lebih manis
    • Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
    • Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah
    • Harganya lebih murah

    Pemanis buatan yang paling umum adalah siklamat dan sakarin yang mempunyai tingkat kemanisan masing-masing 30-80 dan 300 kali gula alami, sehingga sering disebut sebagai “biang gula”.

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan sebenarnya siklamat dan sakarin hanya boleh digunakan dalam makanan yang khusus ditujukan untuk orang yang menderita diabetes atau sedang menjalani diet kalori. Amerika dan Jepang bahkan sudah melarang sama sekali penggunaan kedua pemanis tersebut karena terbukti berbahaya bagi kesehatan.

  3. Pengawet
    Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen pangan menggunakannya pada makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.

    Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, jem dan jeli, manisan, kecap, dan lain-lain.

    Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda. Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan dan jenis makanan serta batas penggunaannya pada makanan diantaranya adalah: Benzoat, Propionat, Nitrit , Sorbat , Sulfit

    Pada saat ini masih banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet yang dilarang namun digunakan dalam makanan dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya boraks dan formalin. Boraks banyak digunakan dalam berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, lemper, buras, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit. Boraks sangat berbahaya bagi kesehatan. Boraks bersifat sebagai antiseptik dan pembunuh kuman, oleh karena itu banyak digunakan sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan untuk bahan antiseptik pada kosmetik.

    Formalin juga banyak disalahgunakan untuk mengawetkan makanan seperti tahu dan mie basah. Formalin merupakan bahan untuk mengawetkan mayat dan organ tubuh dan sangat berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu formalin merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP.

  4. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa
    Salah satu penyedap rasa dan aroma adalah vetsin atau bumbu masak, dan terdapat banyak merek di pasaran. Penyedap rasa mengandung senyawa yang disebut monosodium glutamat (MSG). Yang fungsinya dapat memberikan citarasa pada makanan. Penelitian mengenai MSG sudah sangat sering dilakukan, yang salah satunya menyebutkan bahwa dengan penggunaan MSG yang berlebihan dapat mengakibatkan dampak yang sangat buruk terhadap kesehatan. Memang, hasil penelitian ini masih menjadi bahan perdebatan. Tapi, bersediakah Anda mengambil resiko untuk Anda, anak Anda, dan keluarga?

Bagaimana anda menyikapi tentang masalah ini? Sudahkah anda memilih makanan sehat yang terbaik untuk anda dan keluarga? Makanan adalah hal yang menjadi faktor utama bagi kesehatan, selain pola hidup (olahraga), genetis, dan lingkungan. Salam Sehat!

2 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *